Kerajinan Gerabah tanah Bungku Morowali

Ina Tonto (58), begitu perempuan setengah baya ini kerap disapa. Ditemui ditengah kesibukannya membuat kerajinan gerabah dirumahnya yang terletak di desa Tofuti kec. Bungku Tengah, Morowali (17/05), ibu dari enam orang anak ini sedikit berbagi cerita tentang keahliannya membentuk berbagai macam jenis kerajinan gerabah.
Kerajinan gerabah atau tembikar dalam bahasa bungku sering disebut “Inembi”. Inembi dilakukan dengan membentuk tanah liat menjadi berbagai macam jenis dan bentuk seperti guci, tempat dupa, wajan, belanga, tungku, asbak, pot dan vas bunga serta bentuk landscaping lainnya. Campuran tanah liat serta pasir halus yang diolah dalam takaran sesuai mampu menghasilkan ornament-ornament khas yang indah mempesona.


Karena kerajinan gerabah dianggap tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi, Ina Tonto kemudian memutuskan untuk tetap menjalankan usaha mengolah tanah liat dalam berbagai bentuk yang menarik dan punya nilai jual. Harga jualnya, disesuaikan antara bentuk dan ukuran yang dipasarkan dengan kisaran 20 sampai 25 ribu. “tanah liat diambil dari kebun, kalau One (pasir halus) biasanya diambil dari pinggiran kali atau pinggir pantai. Semua bahannya dari alam, paling yang dibeli hanya hulu (damar) yang berfungsi sebagai vernis atau pelicin sekaligus perekat yang mengkilat setelah gerabah dibakar untuk kemudian dijual,” Tutur Bungku tulen bernama lengkap Makmur ini ketika ditanya dimana mendapatkan bahan baku untuk membuat gerabah.
Kerajinan gerabah atau inembi di Tofuti sendiri saat ini hanya digeluti oleh beberapa orang saja. Pelaku usaha ini mengalami penurunan disebabkan kurangnya orang yang meminati bidang ini serta tidak adanya upaya pihak yang berwajib dalam menggembleng industri kecil dan rumah tangga seperti ini. Selain itu, alasan lain juga karena belum ada sentuhan pelatihan atau pengetahuan yang serius tentang teknik pengembangan kerajinan tembikar bagi para pelakonnya.
Ina Tonto hanyalah satu dari beberapa orang yang saat ini masih menggeluti usaha kecil ini di desa Tofuti. Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti, kerajinan klasik ini malah akan mengalami lost generation karena tidak adanya orang-orang yang meminati bahkan menggelutinya. “saya sudah memulai usaha ini semenjak 20 tahun yang lalu.
Oase Morowali Hal. 22
Dulu didesa ini banyak yang moembi, tapi sekarang tinggal beberapa orang termasuk saya, sekarang ini pun teman-teman hanya bisa dihitung jari. Bagusnya moembi ini terus dilakukan agar tidak hilang” ucap wanita yang juga pernah mengikuti lomba kerajinan tembikar ini mengeluhkan kegusaran hatinya soal pencaharian yang telah lama menopang kehidupan keluarganya itu.
Kegelisahan Ina Tonto memang bukan tanpa alasan, kerajinan gerabah tradisional bahkan telah mematik gejala-gejala kepunahan. Pengembangan kerajinan ini juga tidak hanya bisa dilihat sebagai mata pencaharian melainkan juga bagian dari upaya mempertahankan tradisi klasik yang juga merupakan ornament dasar masyarakat sebagai kerajinan daerah.
Untuk itu, pemerintah diharapkan memberi perhatian bagi pengembangan usaha kecil rumah tangga ini minimal agar tetap lestari sebelum kerajinan gerabah ini mengalami kepunahan selama-lamanya. Moembi adalah sebuah kerajinan khas membentuk berbagai rupa yang hampir kehilangan rupa.
Kerajinan Gerabah
Lahir dari Alam
Moembi merupakan kerajinan khas membuat berbagai bentuk dan ornament. Bahan baku yang disediakan alam seperti tanah liat dan pasir halus, adalah ilham yang melahirkan kerajinan penuh corak dan estetika tinggi.

sumber: majalah Oase Morowali/Bahrun Samran

Komentar

  1. Is the best pak guru...
    I don't think my coment!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. wah.....ceritanya seru banget sampai2 aku pengen membacanya terus

    BalasHapus
  3. weits keren abiz coy walaupun cuma dgn bahan sederhana tapi ina tonto bisa membuat gerabah ...................

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL SEJARAH TARIAN TRADISI MASYARAKAT BUNGKU “L U M I N D A”

Dunui Makanan Khas Masyarakat Bungku